Analisis Video - Frizka Zahra Aurellia

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Perkenalkan, nama saya Frizka Zahra Aurellia, NPM 202246500195, Kelas R4C. Pada blog kali ini saya akan menganalisis persepsi pepresentasi budaya Indonesia dalam video karya Alffy Rev yang berjudul "Wonderland Indonesia"


Pendahuluan

Video merupakan medium komunikasi yang menggabungkan unsur visual dan auditori untuk menyampaikan pesan. Dalam era digital abad ke-21, video memegang peran penting sebagai media komunikasi visual yang populer. Fenomena penggunaan video sebagai konten digital dapat diamati dari perkembangan platform terkenal seperti Youtube. Menurut laporan We Are Social (2022), pengguna Youtube di Indonesia mencapai 139 juta, menempatkannya sebagai platform kedua terbanyak setelah Google. Tingginya interaksi ini menunjukkan bahwa konten video, ketika menjadi viral, memiliki dampak yang signifikan.

Salah satu contoh video viral adalah "Wonderland Indonesia" karya Awwalur Rizqi Al-Firori (Alffy Rev). Video ini dipublikasikan pada tanggal 17 Agustus 2021 di kanal Alffy Rev dan menjadi trending nomor satu di Youtube Indonesia. Proyek ini merupakan kolaborasi antara Rev Production, Dewatiantis Studio, dan Taru Production, dengan disutradarai oleh Alffy Rev dan didanai oleh Doni Salmanan. Tujuan dari pembuatan video ini adalah untuk membuktikan bahwa pemuda Indonesia mampu mengangkat Indonesia ke level selanjutnya.

Dalam video ini, budaya Indonesia direpresentasikan melalui pemandangan, tarian, pakaian tradisional, dan rumah adat, yang dipadukan dengan campuran musik daerah dan Electronic Dance Music (EDM). Kombinasi unik antara budaya lokal dan modern ini menarik perhatian tidak hanya dari masyarakat lokal, tetapi juga internasional. Hal ini terbukti dari munculnya video reaksi dari Youtuber mancanegara seperti kolaborasi antara NULOOK dan Rudi Oppa yang melibatkan siswa Korea memberikan reaksi. Video tersebut mencapai jumlah views yang tinggi dan menunjukkan peningkatan minat penonton terhadap budaya Indonesia.

Fenomena "Wonderland Indonesia" telah diteliti oleh sejumlah penulis. Firdaus Noor dan Della Hidayah menganalisis unsur budaya dan lirik lagu dalam video ini, sementara Teguh Dwi Putranto dan Daniel Susilo memeriksa bagaimana simbol budaya yang muncul dapat memperkuat pesan nasionalisme Indonesia. Khusnul Fatonah dan Ahmad Suyuti juga melakukan analisis semiotika terhadap unsur audio dan visual untuk memahami representasi Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana presentasi elemen dalam video dapat memengaruhi persepsi penonton terhadap identitas dan representasi budaya Indonesia. Analisis akan dilakukan menggunakan teori persepsi, sinematografi, dan representasi.


Hasil dan Pembahasan


Sekuens yang dibahas dalam penelitian ini diambil pada bagian awal dari tiga bagian video yang dijabarkan menggunakan model “Circuit of Culture”. Sekuens  ini  dipilih  untuk  dianalisis  karena  tonalitas video dan unsur  budaya yang direpresentasikan.

1. Konsumsi dan Produksi

a)      Sumber Budaya

Dalam sekuens pembukaan tersebut, ditunjukkan beberapa  arsitektur tradisional dari Indonesia. Bangunan yang ditunjukkan antara lainnya Tongkonan. Bale Kulkul, Pura Ulun Danu, rumah Joglo, rumah Gadangdan Candi Borobudur. Pada bagian tersebut, juga terdapat busana tradisional dari Lampung, Papua, Bali, dan Jawa.

b)      Adaptasi Video

Arsitektur tradisional Indonesia ditampilkan sebagai bangunan yang tertata di atas pulau-pulau melayang di udara. Tampak visual tersebut ditunjukkan setelah penonton  melintas  melalui  kumpulan  semak  dan  pohon  di  latar  hutan.  Busana tradisional  dikenakan  oleh  sekumpulan  anak-anak  yang  keluar  dari  balik  stupa Candi Borobur

 

2.    Regulasi (Sinematografi)

a)      Kamera dan Film

Sekuens dimulai dengan suasana hutan yang gelap dan misterius. Suasana tersebut didorong dengan warna yang gelap dan cahaya minimal. Kecepatan gerak gambar meningkat seiring kamera bergerak menuju area terbuka. Pencahayaan pada scenedibuat lebih  terang dibandingkan adegan dengan latar hutan.  Terlihat juga sebuah silau cahaya yang muncul pada sisi kiri gambar saat kamera mencapai area terbuka. Rangkaian shotbangunan, candi, dan aktor memiliki tonalitas warna yang cerah dan cenderung kehijauan. Beberapa cuplikan juga memiliki pencahayaan backlitdari matahari di belakang objek.

b)      Framing

Bagian  awal  sekuens menggunakan kamera  dengan  sudut  pandang orang pertama melalui sudut pandang ini, pengamat dibawa melintasi hutan menuju area terbuka yang menunjukkan visualisasi pulau melayang. Angle yang  digunakan mengarah kepada area hutan bawah terlebih dahulu sebelum panning ke eye level. Framing yang  digunakan  pada  sekuens  ini  adalah  paduan  dari medium  shotke extreme long shot. Still shots yang dekat dengan bangunan menggunakan pergerakan kamera panning dan zoom yang minimal. Angle yang digunakan adalah eye level. Framing yang  digunakan  pada  kumpulan still  shot adalah long shot (untuk  bangunan) dan medium shot (untuk anak-anak). Komposisi pada cuplikan sekuens pembukaan menggunakan gabungan dari komposisi  simetris  dan  dinamis  (mayoritas  menggunakan rule  of  third).  Transisi antara  sekuens  hutan dan  area  terbuka ditandai  dengan  melewati komposisi frame within frame yang dibuat oleh susunan pohon

c)      Durasi Gambar

Durasi pada adegan awal yang membawa penonton melintasi hutan merupakan sebuah long take (30 detik). Durasi pada adegan bangunan dan manusia merupakan kumpulan short take dengan durasi berkisar 2-5 detik per shot.


3.    Identitas (Persepsi)

Penggunaan elemen visual dari beberapa daerah di Indonesia dalam video merupakan contoh aplikasi persepsi gestalt, kedekatan dan kemiripan, yang kemudian menghasilkan sebuah persepsi identitas dalam suatu kesatuan negara Indonesia. Ragam bangunan dan pakaian berfungsi sebagai unsur informasi parsial yang menekankan identitas Indonesia sebagai sebuah negara beranekaragam dan kaya dalam bidang budaya.


4.     Representasi

Identitas Indonesia sebagai sebuah negara budaya dimunculkan oleh representasi karakter   Indonesia   yang   tradisional.   Dalam   bagian   pembukaan   video, Indonesia direpresentasikan oleh elemen visual yang berkesan kuno. Corak budaya kuno ini dapat terlihat dari penggunaan  elemen  visual  pemandangan  alam  yang  rimbun,  busana tradisional, dan  arsitektur  tradisional.  Elemen visual tersebut juga berakibat pada citra Indonesia yang lebih tradisionalis dan terpandang eksotis. 

 

Kesimpulan

Video "Wonderland Indonesia" adalah contoh yang berhasil dalam mengadaptasi berbagai aspek budaya Indonesia, termasuk budaya, ideologi, dan kepercayaan spiritual, ke dalam sebuah karya visual. Keberagaman representasi budaya dalam video ini merupakan hasil dari proses pengolahan sumber budaya, baik yang bersifat material maupun immaterial. Proses ini dijelaskan melalui analisis sekuens awal menggunakan model "Circuit of Culture".

Hasil analisis menunjukkan bahwa sumber budaya diolah terlebih dahulu melalui berbagai teknik sinematografi, seperti pergerakan kamera, framing, komposisi, efek visual, dan durasi gambar. Teknik sinematografi ini berperan sebagai aspek regulasi yang kemudian tercermin dalam bentuk adaptasi elemen visual dalam video. Contohnya, penggunaan sudut pandang orang pertama pada sekuens awal dan akhir video membawa penonton langsung ke dalam alur cerita.

Selain itu, penggunaan tonalitas warna yang berbeda menyoroti aspek-aspek tertentu dalam budaya dan lingkungan. Misalnya, tonalitas biru-hijau digunakan untuk menonjolkan unsur budaya, sementara tonalitas hitam-putih digunakan untuk membangkitkan suasana masa lalu. Efek visual seperti efek kusam, filter hitam putih, dan penambahan noise dan film burn juga digunakan untuk menekankan kesan tertentu dalam sekuens video, seperti pada sekuens proklamasi.

Melalui penerapan teknik sinematografi, video ini menciptakan gagasan tentang karakter masyarakat Indonesia, yang kemudian memengaruhi aspek identitas dari setiap sekuens. Gagasan identitas Indonesia yang dipahami oleh penonton menjadi dasar bagi persepsi mereka terhadap sifat dan karakteristik Indonesia. Hal ini menghasilkan sebuah makna mengenai Indonesia sebagai objek yang dipersepsikan oleh penonton. Dengan demikian, korelasi antara budaya visual yang disajikan dalam video dan persepsi penonton merupakan bentuk representasi yang kuat dari berbagai aspek identitas Indonesia.


Komentar